Lompat ke isi utama

Berita

Nur Ida Fitria

Pegiat Pemerhati Anak menjadi Srikandi Pengawasan di Bumi Penataran Peran perempuan dalam pengawasan di Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) tidak bisa dipandang sebelah mata. Justru, dari tangan-tangan para Srikandi Pengawasan inilah, dunia politik yang acapkali dianggap “keras” dan “garang” menjadi semakin luwes dan bermartabat. Dengan kehadiran para perempuan dalam jajaran anggota Bawaslu di kabupaten/kota di Jawa Timur, menjadikan Bawaslu yang menjalankan fungsi pencegahan, pengawasan, dan penindakan kian bermartabat dan berintegritas. Kabupaten Blitar yang selama ini dikenal sebagai Bumi Penataran, juga memiliki seorang Srikandi Pengawasan di jajaran Bawaslu Kabupaten Blitar. Nur Ida Fitria, ibu dua anak yang sebelumnya dalam keseharian bergelut dengan dunia yang jauh dari politik, mampu menjalankan tugasnya sebagai Srikandi Pengawasan pada divisi organisasi dan sumber daya manusia (OSDM) dengan baik. Ya, sebelumnya perempuan yang biasa dipanggil Mbak Ida, ini sangat akrab dengan dunia anak-anak. Dia bahkan dikenal sebagai pegiat pemerhati anak, tidak hanya di tingkat regional namun hingga nasional. Itu sudah dilakoninya sejak lulus dari MAPM Cukir Jombang. Sempat mengenyam D2 PAUD di Banyuwangi, lalu melanjutkan studi strata 1 (S1) PAI di Blitar, dan melanjutkan S2 Psikologi di Malang. Mbak Ida bahkan sempat memenangkan riset tentang perkembangan anak pada 2017 dan berkesempatan presentasi di Singapura. Menurut ibu dua putri, Faizatul Widad Nur Khumaida dan Farkhatul Khusna Nur Khumaida, dunia anak dan perempuan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Dia memahami benar, ada banyak kebijakan yang sangat perlu berpihak kepada anak dan perempuan. Nah, agar hak-hak dan kebutuhan serta kebijakan bisa pro kepada anak dan perempuan, maka perempuan harus bisa masuk ke dalam sistim politik. Dan lebih penting lagi, perempuan  harus bisa masuk ke posisi-posisi strategis dalam pengambilan keputusan. Oleh sebab itu, perempuan harus bisa dan berani terjun ke  dunia politik. Kiprahnya dalam dunia politik diasah dari keaktivannya dalam berorganisasi. Dalam wadah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Mbak Ida mengasah kepekaannya dalam dunia organisasi dan politik. Perempuan kelahiran 19 Juni 1985 ini, juga sempat menjabat sebagai ketua 3 PMII Cabang Blitar. Lalu, mengawali kiprahnya di dunia politik sesungguhnya dan berhadapan dengan para calon wakil rakyat untuk pemilihan umum (pemilu), Mbak Ida dilantik bersama 23 perempuan lain yang menjadi anggota Bawaslu kabupaten/kota di Jawa Timur pada 15 Agustus 2018 di Hotel Bidakara, Jakarta. Sejak saat itu istri Khumaidi Mustafa ini, siap melaksanakan tugas bersama empat anggota Bawaslu Kabupaten Blitar dalam mengawal tegaknya demokrasi pemilu di Bumi Penataran. Membangun SDM untuk Pemilu Berintegritas dan Bermartabat Sebelum Pemilu 2019, Mbak Ida yang oleh sahabat-sahabat panwaslu kecamatan kerap disapa Bunda, pernah bersinggungan dengan dunia kepemiluan pada 2009 dan 2014. Pada 2009 sebagai pemantau pemilu, dan pada 2014 sebagai PPK di Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar. Dari pengalaman tersebut, bisa menjadi bekal saat menjabat sebagai anggota Bawaslu Kabupaten Blitar. Meskipun tugas sebagai kordiv OSDM tentu cukup berbeda. Namun, kerasnya dunia politik tidak terlalu mengagetkan Mbak Ida. Pasalnya sebelum menjadi anggota bawaslu perempuan yang hobi traveling ini sudah terbiasa berhadapan dengan berbagai macam karakter orang. Sehingga sudah cukup memahami bagaimana harus berkomunikasi dengan banyak orang yang berasal dari latar belakang yang berbeda. Terlebih di divisi OSDM, yang bisa disebut sebagai “otak”-nya pengawasan Bawaslu, Mbak Ida harus bisa menguasai karater orang yang berada di jajaran bawaslu maupun yang berurusan dengan bawaslu. Keberadaan setiap divisi di bawaslu saling terhubung satu sama lainnya, dan memiliki peranan sama vitalnya. Di divisi OSDM yang diampu oleh Mbak Ida, memfokuskan bagaimana agar kapasitas dan kemampuan SDM para pengawas pemilu bisa kompeten dan profesional. Sehingga mampu menjalankan tugas pencegahan, pengawasan, dan penindakan pelanggaran pemilu, sesuai peraturan yang ada. Dengan adanya pengawas pemilu yang kompeten dan profesional, bakal bermuara kepada terselenggaranya pemilu yang berintegritas dan bermartabat. Sehat dan tidaknya suatu organisasi ataupun lembaga, berawal dari SDM dan manajerial yang tertata dengan baik. Oleh sebab itu, peranan divisi OSDM sangatlah vital agar terbentuk suatu gugus tugas kepengawasan yang mumpuni. Untuk mewujudkannya, Mbak Ida secara rutin melakukan supervisi ataupun mengundang para pengawas pemilu kecamatan untuk sharing dan evaluasi kinerja. Apapun kegiatan yang terkait dengan tugas pengawas, secara rutin didokumentasikan dan dibagikan di media sosial dan website bawaslu. Hal tersebut, tidak sekadar publikasi dan dokumentasi, melainkan penyemangat bagi para pengawas untuk melaksanakan tugas sebagai pengawal dan penegak demokrasi pemilu. Sekaligus menyampaikan ke masyarakat bahwa, pengawas tidaklah seseram yang orang bayangkan. Menjadi pengawas memang bukan masalah seram dan galak, melainkan ketegasan dalam menegakkan aturan. Dengan bersikap tegas tentu ada risiko lain menghadang. Misalnya, didemo pihak yang tidak terima. Namun, sebagai seorang pengawas harus bisa bersikap luwes. Luwes dalam arti tidak lembek terhadap aturan, melainkan mampu tersenyum dan berpikir logis saat menghadapi situasi rumit sekalipun. Dan di situlah keberadaan seorang Srikandi Pengawasan dibutuhkan. Tetap tegas namun dapat mencairkan suasana yang panas. Itulah yang dilakukan Mbak Ida, didemo atau dihormati adalah yang lumrah. Tugas kepengawasan, sebenarnya hanya menjadi macan regulasi jika tanpa ada peran dan dukungan dari masyarakat luas. Oleh sebab itu, Mbak Ida bersama Ketua yang juga Kordiv HDI Abdul Hakam Sholahuddin, Kordiv PHL Priya Hari Santosa, Kordiv PP Edy Nurhidajat, Kordiv PS Arif Syarwani, didukung Koordinator Sekretariat Iriyanto Adji dan jajaran sekretariat Bawaslu Kabupaten Blitar getol dalam meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk ambil bagian menjadi pengawas partisipatif Pemilu 2019. Lewat kegiatan Santri Bersolawat, Duta Bawaslu, Senam Awas, Deklarasi Kampung Anti Politik Uang, dan masih banyak lagi kegiatan yang melibatkan berbagai elemen masyarakat, tak hanya sebagai ajang sosialisasi biasa. Namun secara nyata mengajak masyarakat menjadi bagian dari pengawas partisipatif, agar bisa terwujud pemilu yang langsung umum bebas rahasia jujur dan adil (luber jurdil), berintegritas, dan bermartabat. Perjalanan sebagai pengawas pemilu masih berlanjut hingga 2023 mendatang. Kabupaten Blitar pada 2020 bakal menggelar pemilihan bupati (pilbup). Tentunya, tugas Mbak Ida dan jajaran Bawaslu Kabupaten Blitar menanti agar Pilbup Blitar 2020 berjalan semestinya. Dan kembali memilih para pengawas dengan SDM yang kompeten, profesional, dan berintegritas sehingga mampu mewujudkan pengawasan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Tag
Profil Pimpinan