Lompat ke isi utama

Berita

Cerita para Panwaslu Kecamatan di Kabupaten Blitar Usai Pemilu 2019 (1-Bersambung)

Gali Pengalaman saat Hadapi Masalah dengan Peserta Pemilu

[caption id="attachment_18288" align="alignleft" width="432"] Karno Setyo Budianto dan Rekan Panwascam Wonotirto saat setting-packing di gudang KPU kabupaten Blitar[/caption] Tugas dari pengawas pemilu (panwaslu) kecamatan bakal berakhir pada Juni ini. Usai melakoni tugas kepemiluan pada Pemilu Serentak 2019, sebanyak 66 panwaslu kecamatan dari 22 kecamatan se-Kabupaten Blitar bakal kembali ke aktivitas sebelumnya. Bagi sebagian panwaslu kecamatan, pemilu kali ini memang terasa berbeda karena merupakan pemilu serentak untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPD, DPR RI, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/ kota. Gali Pengalaman saat Hadapi Masalah dengan Peserta Pemilu Hari-hari para anggota panwaslu kecamatan saat ini sudah diisi dengan aktivitas mereka semula. Sebab, tugas terkait kepemiluan hanya menyisakan sedikit hal terkait evaluasi pengawasan dan pelaksanaan tugas semasa Pemilu 2019. [caption id="attachment_18290" align="alignleft" width="362"] Karno Setyo Budianto bersama PPD[/caption] Para pengawal demokrasi yang mulai bertugas pada periode Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2018, ini memang berasal dari berbagai latar belakang. Ada yang wiraswasta, master of ceremony (MC), peternak, guru honorer, dan lain sebagainya. Rata-rata telah memiliki pengalaman di bidang kepemiluan. Seperti menjadi kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS), panitia pemungutan suara (PPS), panitia pemilihan kecamatan (PPK), pengawas pemilu desa (PPD), dan lainnya. Namun dipastikan mereka independen dan bukan bagian dari partai politik. Seperti Karno Setyo Budianto atau yang akrab disapa Karno. Pria kelahiran 20 Februari 1982 ini, pada pemilu lampau menjadi bagian dari PPK Wonotirto. Selanjutnya, pada Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2018 dan Pemilu 2019, dia mendaftar sebagai panwaslu kecamatan. Melalui seleksi dari Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Blitar, Karno terpilih menjadi Panwaslu Kecamatan Wonotirto bersama dua rekan lainnya. “Saya akhirnya mendapat tugas sebagai koordinator divisi pengawasan dan hubungan lembaga (PHL),” kata pria yang tinggal di Dusun Kempul RT 05/ RW 03, Desa Pasiraman, Kecamatan Wonotirto ini. [caption id="attachment_18285" align="aligncenter" width="472"] Karno Setyo Budianto saat menghadiri rapat dengan bawaslu Kabupaten Blitar[/caption] Sehari-hari, Karno merupakan wirausahawan yang bergerak di bidang jasa travel dan persewaan mobil. Dengan pengalaman sebagai PPK yang lebih kepada teknis penyelenggaraan pemilu, Karno sudah cukup paham tugasnya sebagai panwaslu kecamatan. Seperti, melakukan pencegahan dan penindakan di wilayah kecamatan terhadap pelanggaran pemilu, termasuk dalam mengidentifikasi dan memetakan potensi pelanggaran Pemilu di wilayah kecamatan. Mengoordinasikan, menyupervisi, membimbing, memantau, dan mengevaluasi Penyelenggaraan Pemilu di wilayah kecamatan. Panwaslu kecamatan juga harus bisa berkoordinasi dengan instansi pemerintah setempat dengan kesamaan visi dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Pemilu di wilayah kecamatan. “Panwaslu kecamatan harus menyampaikan hasil pengawasan di wilayah kecamatan kepada Bawaslu Kabupaten Blitar,” ujar Karno. Tugas-tugas tidak hanya pada saat pemungutan suara, namun tugas pengawasan ini melekat ke penyelenggara pemilu selama proses pemilu hingga selesai. “Semua tugas sesuai ketentuan undang-undang yang ada. Prosesnya tentu tidak serta-merta. Karena ada banyak agenda selama pemilu,” kata suami Leli Suryandari ini, yang termotivasi menjadi panwaslu kecamatan karena ingin mengabdi kepada negara ini. Bagi Karno, Pemilu 2019 sangat berkesan. Karena, menurutnya Pemilu 2019 ini adalah pemilu yang paling rumit. “Paling banyak, karena langsung lima surat suara yang dicoblos. Belum pernah ada di negara manapun. Di sini diperlukan energi ekstra untuk mensosialisasikan Pemilu 2019 kepada masyarakat, kerja keras dan kekompakan sesama penyelenggara, pemerintah, dan stakeholder di masing-masing tingkatan sangat dibutuhkan untuk meraih kesuksesan menyelenggarakan Pemilu 2019 ini,” lanjut Karno. Suka duka tentu dirasakan pula oleh ayah satu anak ini. Sukanya, banyak kawan baru, saudara baru, dan tentuynya pengalaman baru yang. “Saya yang semula hanya berwiraswasta kini memiliki banyak kenalan baru dari ranah politik dan pemerintahan, juga tokoh agama, masyarakat berbagai lapisan,” tandas Karno. Sedangkan dukanya, Karno mengaku cukup sulit mengubah mindset para penyelenggara pemilu. Karena sudut pandang mereka itu pemilu tahun ini masih disamakan dengan pemilu sebelumnya. “Padahal kan sudah jelas kalau aturan dan undang-undang yang digunakan berbeda,” ujarnya. Karno juga memiliki hal yang bakal tak terlupakan. Yakni, ketika dia menyelesaikan permasalahan yang sulit dicari penyelesaiannya berdasarkan aturan atau undang-undang. Sehingga, sangat diperlukan koordinasi dan kebersamaan sebagai penyelenggara dalam mengatasi permasalahan di setiap tahapan. “Yang jelas semua yang sudah saya lalui sebagai panwascam, saya sangat terkesan dan pasti akan selalu merindukan saat-saat seperti ini. Di pemilu mendatang, saya berencana melamar lagi untuk mengabdi pada bangsa sebagai panwaslu kecamatan,” tandas Karno tersenyum. (humas)
Tag
Berita